Yogyakarta-Warga Gedongkiwo, Kemantren Mantrijeron, Kota Yogyakarta terus berupaya untuk melakukan konservasi air tanah, salah satunya melalui sumur resapan.
Tak sampai disitu, bahwa warga pun juga melakukan pengolahan sampah organik untuk dijadikan pupuk, pasalnya sampah tersebut jika tidak diolah akan mengganggu lingkungan.
Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi menyampaikan bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta telah melakukan pembuatan sumur resapan yang menampung air di jalan-jalan agar dalam 20 menit setelah hujan deras tidak terjadi genangan air di jalanan.
“Selain itu melalui BUMD, Hotel, perusahaan swasta dan Dinas Lingkungan Hidup juga membuat sumur resapan dalam berbagai ukuran yang tersebar di kota Yogyakarta,” katanya pada saat acara sosialisasi konservasi air tanah, Minggu (27/2/2022) di Balai Kampung Gedongkiwo.
Menurutnya adanya kebijakan dalam izin pendirian bangunan baru harus ada lahan terbuka dan sumur resapan, telah meningkatkan jumlah sumur resapan di kota Yogyakarta.
Orang nomor dua di Kota Yogya ini membeberkan bahwa di tiga sungai besar yang melintasi kota Yogya masih ditemukan 200 mata air, itu bisa diartikan bahwa sumber air tanah di kota masih baik.
“Ada beberapa kelompok pengelola mata air tersebut yang memanfaatkan mata air untuk memproduk air minum kemasan, antara lain dilakukan di Terban,” papar Heroe.
Terkait tentang sampah, pihaknya menegaskan bahwa Pemkot berkomitmen untuk mewujudkan nol sampah di tiap kelurahan melalui pengelolaan dan pemanfaatan sampah rumah tangga yang dilakukan melalui optimalisasi bank sampah atau kelompok masyarakat pengelola sampah.
“Harapannya kelompok bank sampah ini selain memilah juga mengola sampah menjadi eko-enzim, pupuk organik, dan daur ulang. Dari proses tersebut maka sampah bisa kita ubah menjadi uang,” jelasnya.
Sementara itu Ketua RT 53, Gedongkiwo, Rohadi menyampaikan bahwa saat ini di wilayahnya telah memiliki 20 sumur resapan dan tengah menyiapkan 35 sumur resapan baru serta 20 tempat sampah organik.
“Sumur resapan tersebut akan kami tempatkan di lokasi tanah yang rendah agar tidak terjadi genangan air dan air hujan tersebut dapat langsung tersimpan di tanah sebagai cadangan sumber air bersih,” urai Rohadi.
Ia menuturkan rempat sampah yang dibagikan ke rumah-rumah tersebut rencananya untuk membuat pupuk organik guna mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPST Piyungan.