Yogyakarta-Kotagede, Yogyakarta yang dikenal sebagai pusat kerajaan Mataram Islam memiliki berbagai peninggalan situs dan artefak yang memiliki nilai tinggi, salah satunya adalah sendang seliran.

Sendang seliran ini adalah tempat pemandian yang masih digunakan hingga sekarang. Sendang seliran juga merupakan tempat bersih diri bagi peziarah makam Raja-Raja Mataram

Sendang seliran adalah salah satu tempat wisata yang berada di Desa Jagalan, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul.Tepatnya sendang seliran terletak di komplek makam Kotagede, tepatnya di selatan makam. Kira-kira 300 meter sebelah utara situs watu gilang dan watu gatheng atau di sebelah selatan pasar Kotagede.

Antara makam dan sendang dihubungkan oleh sebuah gapura, dan tanah tempat sendang ini berada, konturnya lebih rendah dibanding makam. Sehingga jika kita akan masuk area sendang, terlebih dahulu harus menuruni undak-udakan setelah melewati gapura atau pintu masuk.

Sendang ini biasanya ramai dengan wisatawan pada hari biasa maupun hari liburan. Tempat ini sangat indah dan bisa memberikan sensasi yang berbeda dengan aktivitas kita sehari hari.

Letak sendang seliran lebih rendah dibandingkan dengan kompleks makam, sehingga untuk menuju sendang, para pengunjung harus melewati beberapa anak tangga. Konon, sendang ini dulunya merupakan tempat pemandian para kerabat kerajaan Mataram Islam.

Sendang ini memiliki dua kolam pemandian. Ada sendang seliran kakung (laki-laki) dan sendang seliran putri. Sendang kakung di bagian barat dan sendang putri di bagian selatan.

Sendang kakung, berasal dari mata air yang mengalir tepat di bawah makam dan masuk melalui lubang saluran di bawah sendang sebelah utara. Sementara sendang putri bersumber dari bawah pohon beringin yang terletak di jalan menuju komplek.

Di sebelah utara sendang kakung terdapat makam bulus (kura-kura) yang bernama Kyai Duda Rejah, konon kura-kura ini merupakan binatang keramat mantan penghuni sendang dan berumur lebih dari 100 tahun sebelum kematiannya tahun 1987, selain itu juga terlihat tembok makam yang tinggi dan kokoh.

Selain sendang seliran kakung dan putri, di dalam komplek masjid gede Mataram ternyata juga memiliki sumber mata air lain, yakni sumber kemuning. Ketiga sumber mata air ini sudah ada sejak pertama kali Babad Alas Mentaok. Ketika Danang Sutawijaya (Panembahan senopati) awal mula mendirikan kerajaan Mataram Islam.

Istimewanya, meski musim kemarau, air dalam sendang ini tak pernah kering. Banyak ikan yang hidup di sendang ini, diantaranya ikan lele berwarna putih yang panjangnya hampir 1 meter. Untuk kebutuhan para pengunjung yang ingin mandi atau berendam, sendang diberi sekat sehingga tidak memungkinkan bagi ikan-ikan berenang di bagian untuk mandi.

Kini pemandian tersebut juga sering digunakan warga sekitar untuk bermandi. Biasanya saat malam pasaran Legi sini selalu ramai, malam Selasa Legi atau malam Jumat Legi biasanya ramai.

Masyarakat boleh saja memanfaatkan sendang seliran ini, asalkan, ketika masuk sendang bagi yang putra ke sendang kakung dan putri ke sendang putri.

Selain itu pemandian tersebut juga dimanfaatkan beberapa warga setempat bahkan warga luar untuk mencari keberkahan terlihat dari banyaknya kelopak bunga mawar yang disebar di sumber air dan di beberapa titik terdapat batang dupa yang telah dibakar.

Penduduk sekitar pun juga sangat ramah tamah terhadap wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Bangunan sendang yang berada di kawasan ndondongan ini merupakan cagar budaya yang memiliki arti penting bagi ilmu pengetahuan, sejarah, budaya, pendidikan dan agama.

Oleh karena itu diperlukan partisipasi berbagai pihak untuk melestarikan baik dengan melindungi, mengembangkan dan memanfaatkannya.

By AR

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *